Pernille Harder bukan sekadar pemain sepak bola biasa—ia adalah simbol inspirasi bagi banyak gadis muda di Denmark. Dibawah ini anda akan melihat informasi mengenai sepak bola perempuan menarik hari ini yang telah dirangkum oleh FOOTBALL MARKETING.
Saat timnas Denmark memulai kampanye Euro 2025 dengan kekalahan 1-0 dari Swedia, penggemar setia masih memadati zona pendukung dengan seragam bertuliskan “Harder 10” di punggungnya. Michelle Geersten, salah satu penggemar yang hadir, menyatakan, “Dia adalah panutan. Banyak anak perempuan di Denmark ingin seperti dia.”
Harder sendiri mengakui bahwa perjalanannya tidak mudah. Di masa kecilnya di Ikast, ia harus meninggalkan klub lokalnya karena kurangnya kesempatan bagi pemain perempuan. Namun, ia bertekad untuk terus berkembang, dan kini generasi muda Denmark memiliki lebih banyak peluang berkat perjuangannya.
Ketekunan dan dedikasinya membuat Harder dianggap sebagai salah satu penyerang terbaik dalam sejarah sepak bola wanita. Dari awal karier hingga sekarang, ia terus menunjukkan kualitasnya, baik sebagai pemain maupun pemimpin di lapangan.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Karier Cemerlang di Berbagai Liga Top Eropa
Pernille Harder memulai karier profesionalnya dengan gemilang di Linköpings FC (Swedia), yang membuatnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Denmark pada 2015. Prestasinya terus meningkat saat bergabung dengan Wolfsburg (Jerman), di mana ia memenangkan gelar liga dan piala selama empat musim berturut-turut.
Namun, puncak kariernya terjadi di Chelsea. Di bawah asuhan Emma Hayes, Harder menjadi salah satu pemain paling berpengaruh di Liga Super Wanita Inggris (WSL), mencetak 44 gol dalam 81 penampilan dan memenangkan tujuh trofi. Meski cedera hamstring sempat mengganggu performanya, Hayes tetap menyebutnya “tak tergantikan” karena mentalitas juangnya.
Kini, di Bayern Munich, Harder membuktikan bahwa usianya bukan penghalang. Musim lalu, ia mencetak 14 gol dan membantu tim meraih gelar Bundesliga. Konsistensinya di level klub maupun timnas (78 gol dalam 162 caps) membuktikan bahwa ia masih berada di puncak performa.
Baca Juga: Lo’eau LaBonta Ukir Sejarah di USWNT dengan Debut di Usia 32 Tahun
Kepemimpinan dan Pengaruh di Luar Lapangan
Selain kemampuan teknis, Harder juga dikenal sebagai pemimpin yang menginspirasi. Manajer Denmark, Andree Jeglertz, memujinya: “Dia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga bertanggung jawab atas kesuksesan tim.” Kepemimpinannya terlihat saat ia terus memotivasi rekan-rekannya, bahkan dalam situasi sulit.
Pengaruh Harder melampaui sepak bola. Bersama pasangannya, Magdalena Eriksson, ia menjadi ikon representasi LGBTQ+ di dunia olahraga. Foto mereka berciuman di Piala Dunia 2019 viral dan menginspirasi banyak orang. Harder menyadari perannya sebagai panutan: “Kami mendapat pesan dari banyak anak muda yang merasa terwakili.”
Dengan sikapnya yang rendah hati namun penuh tekad, Harder tidak hanya mengubah persepsi tentang sepak bola wanita, tetapi juga membuka jalan bagi inklusivitas dalam olahraga.
Tetap Tangguh di Usia 32
Meski berusia 32 tahun, performa Harder tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Dalam laga melawan Swedia, ia nyaris mencetak gol lewat tendangan yang menghantam mistar. Bahkan setelah mengalami benturan di mulut, ia langsung kembali ke lapangan, menunjukkan ketangguhannya.
Penggemar seperti Rikke Bargholz percaya bahwa Harder akan tetap menjadi kunci kesuksesan Denmark di Euro 2025. “Dedikasinya luar biasa. Jika Denmark sukses, dia pasti bagian penting darinya,” ujarnya.
Dengan semangat juang yang tak pernah padam, Harder membuktikan bahwa usia hanyalah angka. Ia tetap menjadi jantung Denmark—sebagai pemain, pemimpin, dan inspirasi bagi generasi mendatang. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola perempuan terupdate lainnya hanya dengan klik footballmarketing.tv.